Pengumuman
Senin, 08 Desember 2008
Ringkasan Aqidah Islamiyah
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas masalah Aqidah. Aqidah bak pondasi bangunan dalam agama Islam. Untuk membangun pribadi Muslim yang sholih dan kokoh maka pondasi Aqidahnya harus tertanam kuat.
Agama Islam bersumber dari Allah SWT, bukan dari pikiran seorang pun. Seandainya tidak ada Allah atau Allah tidak berkehendak agama ini lahir, maka agama Islam tidak akan pernah ada. Oleh sebab itu kita hanya mengambil ajaran Islam ini dari sumbernya langsung, yaitu Allah SWT, bukan dari yang lainnya.
Adapun tujuan dari Agama Islam ini adalah Men-tauhid-kan Allah SWT, mengesakan-Nya. Seluruh Nabi diutus untuk menyeru men-tauhid-kan Allah SWT. Ada beberapa poin penjelasan mengenai Tauhid Allah SWT.
1. Allah sebagai Rabb Semesta Alam (Tauhid Rububiyah)
Mengakui bahwa Allah yang menciptakan dan mengatur Alam Semesta (QS 1:2). Tidak ada sekutu bagi Allah dalam urusan ini (QS. Al-Ikhlas).
2. Allah yang memiliki Sifat dan Nama yang Sempurna (Asma wa Ash-Shifat).
Dan Allah memiliki sifat dan nama yang baik-baik lagi sempurna tidak ada yang tercela dari sifat-sifatnya.
3. Allah sebagai Tuhan Satu-satunya yang Disembah. (Tauhid Uluhiyyah).
Setelah kita meyakini Allah sebagai pencipta, maka kita jadikan Allah satu-satunya Dzat yang disembah. Karena suku Quraisy sebelum Islam datang, mereka meyakini Allah sebagai pencipta, tapi tidak mau menyembah Dzat Allah. Penyembahan ini dalam hal ibadah mahdhoh atau ritual. Dalam Islam, seluruh aktivitas lain seperti bermuamalah juga ibadah yang ditujukan untuk menyembah Allah.
Selain menyembah, kita juga meminta hanya pertolongan kepada Allah (QS 2:4). Kita boleh meminta pertolongan dari yang lain misalnya dokter, tapi kita yakini bahwa itu sebenarnya pertolongan Allah SWT melalui perantara dokter.
4. Allah sebagai Tuhan, Raja, Pemimpin Tertinggi di seluruh Alam. Dan Hukum Allah berada di atas segala hukum. (Tauhid Mulkiyah wa Hakimiyah).
Setelah kita menyembah hanya kepada Allah. Hal itu masih belum cukup, kita harus jadikan Allah SWT sebagai pemimpin tertinggi.
“Allah wali orang-orang yang beriman….” (QS 2:255).
Dan menjadikan hukum Allah di atas segala hukum. Kita boleh mengambil hukum diluar Islam selama tidak bertentangan dengan hukum Allah.
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik dari hukum Allah ?”.(QS 5:50)
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka…” (QS 5:49).
Selasa, 25 November 2008
Definisi Syirik
Syirik Akbar
Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama Islam, dan orang yang bersangkutan jika meninggal dalam keadaan demikian, akan kekal di dalam neraka. Hakikat syirik akbar adalah memalingkan salah satu jenis ibadah kepada selain Allah! Seperti memohon dan taat kepada selain Allah, bernadzar untuk selain Allah, takut kepada mayat, kuburan, jin, setan disertai keyakinan bahwa hal-hal tersebut dapat memberi bahaya dan mudharat kepadanya, memohon perlindungan kepada selain Allah, seperti meminta perlindungan kepada jin dan orang yang sudah mati, mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diwujudkan kecuali oleh Allah, seperti meminta hujan kepada pawang, meminta penyembuhan kepada dukun dengan keyakinan bahwa dukun itulah yang menyembuhkannya, mengaku mengetahui perkara ghaib, menyembelih hewan kurban yang ditujukan untuk selain Allah.
Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda (yang terjemahannya): "Ada seseorang masuk surga karena seekor lalat, dan ada seseorang masuk neraka karena seekor lalat pula. Para shahabat bertanya: Bagaimana hal itu, ya Rasulul-lah? Beliau menjawab: Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak seorang pun melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban.
Ketika itu, berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua orang tersebut: Persembahkanlah kurban kepadanya! Dia menjawab: Aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat kupersem-bahkan kepadanya. Mereka pun berkata kepadanya lagi: Persembahkan sekalipun seekor lalat. Lalu orang itu mempersembahkan seekor lalat, mereka pun memperkenankan dia untuk meneruskan perjalanan.
Maka dia masuk neraka karenanya. Kemudian berkatalah mereka kepada seorang yang lain: Persembahkanlah kurban kepadanya. Dia menjawab: Aku tidak patut mempersembahkan sesuatu kurban kepada selain Allah 'Azza wa Jalla. Kemudian mereka memenggal lehernya, karenanya orang ini masuk surga." (HR. Imam Ahmad).
Dan termasuk penyembelihan jahiliyah yang terkenal di zaman kita sekarang ini- adalah menyembelih untuk jin. Yaitu manakala mereka membeli rumah atau membangunnya, atau ketika menggali sumur mereka menyembelih di tempat tersebut atau di depan pintu gerbangnya sebagai sembelihan (sesajen) karena takut dari gangguan jin. (Lihat Taisirul Azizil Hamid, hal. 158).
MACAM-MACAM SYIRIK
a. Syirik dalam berdoa
Yaitu meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya (yang terjemahannya):
"Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)
b. Syirik dalam sifat Allah
Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara ghaib. Allah Ta'ala telah membantah keyakinan seperti itu dengan firman-Nya (yang terjemahannya):
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri." (QS. Al-An'am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27.
Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah, menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.
c. Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)
Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah, atau menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah Ta'ala. Mengenai hal ini Allah Ta'ala berfirman (yang terjemahannya):
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165).
Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubu-diyah (cinta yang mengandung unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang berhak dicintai seperti itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun.
d. Syirik dalam ketaatan
Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama dan lain-lainnya, dalam mendurhakai Allah Ta'ala. Seperti mentaati mereka dalam menghalal-kan apa yang diharamkan Allah Ta'ala, atau mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya.
Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman (yang terjemahannya) : Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. (QS. At-Taubah: 31).
Taat kepada ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan menyembah berhala mereka! Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah SAW menegaskan (yang terjemahannya): Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah). (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad).
e. Syirik khauf (takut)
Jenis-jenis takut :
1. Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, berupa berhala, thaghut, mayat, makhluk gahib seperti jin, dan orang-orang yang sudah mati, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan mudharat kepada makhluk. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): Janganlah kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku jika kamu benar-benar orang beriman.(QS. Ali Imran: 175).
2. Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya, seperti: Takut kepada seseorang sehingga menyebabkan kewajiban ditinggalkan. Takut seperti in hukumnya haram, bahkan termasuk syirik ashghar (syirik kecil). Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya):
"Janganlah seseorang dari kamu menghinakan dirinya!" Shahabat bertanya: Bagaimana mungkin seseorang menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah bersabda: "Yaitu ia melihat hak Allah yang harus ditunaikan, namun tidak ditunaikannya! Maka Allah akan berkata kepadanya di hari kiamat: Apa yang mencegahmu untuk mengucapkan begini dan begini?".
Ia menjawab: "Karena takut kepada manusia!". Allah berkata: "Seharusnya hanya kepadaKu saja engkau takut". (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al Khudry, Shahih).
3. Takut secara tabiat, takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut kepada binatang buas, atau kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk syirik, hanya saja seseorang janganlah terlalu didominasi rasa takutnya sehingga dapat dimanfaatkan setan untuk menyesatkannya.
f. Syirik hulul
Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi (bukan Ibnul Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah) dan keyakinan sebagian kaum Sufi yang ekstrem.
g. Syirik Tasharruf
Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk bertindak dalam mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih sesat daripada keyakinan musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta.
h. Syirik Hakimiyah
Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat undang-undang yang betentangan dengan syariat Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang undang tersebut atau beranggapan bahwa hukum Islam tidak sesuai lagi dengan zaman. Yang tergolong musyrik dalam hal ini adalah para hakim yang membuat dan memberlakukan undang-undang, serta orang-orang yang mematuhinya, jika meyakini kebenaran UU tersebut dan rela dengannya.
i. Syirik tawakkal
Tawakkal ada tiga jenis:
a. Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh Allah saja. Tawakkal jenis ini harus diserahkan kepada Allah semata, jika seseorang menyerahkan atau memasrahkannya kepada selain Allah, maka ia termasuk Musyrik.
b. Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk. Tawakkal jenis ini seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab menyerahkannya kepada makhluk termasuk syrik ashghar.
c. Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain dalam perkara yang mampu dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual beli dan lainnya. Tawakkal jenis ini diperbolehkan, hanya saja hendaklah seseorang tetap bersandar kepada Allah Subhanahu wa Taala, meskipun urusan itu diwakilkan kepada makhluk.
j. Syirik niat dan maksud
Yaitu beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata, mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang terjemahannya):
"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak akan memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan". (QS. Hud: 15-16).
Syirik jenis ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa beramal karena riya.
k. Syirik dalam Hal Percaya Adanya Pengaruh Bintang dan Planet terhadap Berbagai Kejadian dan Kehidupan Manusia.
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): Allah berfirman: "Pagi ini di antara hambaku ada yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata, kami diberi hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan itu turun karena bintang ini dan bintang itu maka dia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang". (HR, Bukhari).
Lihat Fathul Bary, 2/333).
Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai astrologi (ramalan bintang) seperti yang banyak kita temui di koran dan majalah. Jika ia mempercayai adanya pengaruh bintang dan planet-planet terse-but maka dia telah musyrik. Jika ia membacanya sekedar untuk hiburan maka ia telah melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Sebab tidak dibolehkan mencari hiburan dengan membaca hal-hal syirik. Disamping setan terkadang berhasil menggoda jiwa manusia sehingga ia percaya kepada hal-hal syirik tersebut. Maka, membacanya termasuk sarana dan jalan menuju kemusyrikan.
l. Syirik Ashghar
Yaitu setiap ucapan atau perbuatan yang dinyatakan syirik oleh syara tetapi tidak mengeluarkan dari agama. Ia merupakan dosa besar yang dapat mengantarkan kepada syirik akbar.
Macam-macam syirik asghar:
a. Zhahir (nyata)
Berupa ucapan: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): "Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia telah berbuat syirik". (HR. Ahmad, Shahih).
Dan sabda Nabi SAW yang lain (yang terjemahannya): "Janganlah kamu berkata: Atas kehendak Allah dan kehendak Fulan. Tapi katakanlah: Atas kehendak Allah , kemudian kehendak Fulan". (HR. Ahmad, Shahih).
Berupa amalan, seperti: Memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya, jika ia meyakini bahwa benda-benda tersebut hanya sebagai sarana tertolak atau tertangkalnya bala. Namun bila dia meyakini bahwa benda-benda itulah yang menolak dan menangkal bala, hal itu termasuk syirik akbar. Imran bin Hushain radiallahu anhu menuturkan, bahwa Nabi SAW melihat seorang laki-laki terdapat di tangannya gelang kuningan, maka beliau bertanya (yang terjemahannya): "Apakah ini?".
Orang itu menjawab: Penangkal sakit. Nabi pun bersabda: "Lepaskan itu karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu; sebab jika kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan beruntung selama-lamanya". (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang bisa diterima).
Dan riwayat Imam Ahmad pula dari Uqbah bin Amir dalam hadits marfu (yang terjemahannya): Barang siapa menggantungkan tamimah, semoga Allah tidak mengabul-kan keinginannya; dan barang siapa menggantungkan wadaah, semoga Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya. Disebutkan dalam riwayat lain: Barang siapa menggantungkan tamimah, maka dia telah berbuat syirik.(Tamimah adalah sesuatu yang dikalungan di leher anak-anak sebagai penangkal atau pengusir penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang dan lain sebagainya. Wadaah adalah sejenis jimat).
b. Khafi (tersembunyi); syirik yang bersumber dari amalan hati, berupa riya, sumiah dan lain-lainnya.
m. Istighatsah kepada orang2 yg telah meninggal, berdoa kepada mereka dan bertaqarrub kepada mereka. Yg dimaksud dg berdoa di sini adalah berdoa meminta sesuatu, dg anggapan bahwa orang2 yg telah meninggal tersebut mempunyai karamah/kemuliaan yg tinggi. Padahal ALLOH SWT telah berfirman di Al Fatihah(1):5, bahwa hanya kepada ALLOH saja kita memohon pertolongan. Orang yg telah mati TIDAK BISA membantu, karena jelas2 dia sudah TIDAK PUNYA kemampuan APAPUN. Kondisi dia sendiri belum tentu bisa dia tolong, apalagi membantu orang lain.
n. Meminta syafa’at kepada orang mati. Ini serupa juga dg no 1, hanya saja mungkin redaksi dari ALLOH sedikit berbeda. Untuk syafa’at ini, firman ALLOH SWT yg terkait adalah Az Zumar(39):43-44. Jadi, sekali lagi, kita hanya boleh meminta syafa’at kepada ALLOH SWT. (bagian ini menurut pemikiranku, mohon koreksinya jika salah) Dengan demikian, Rasululloh SAW memberikan syafa’at (bantuan) atas ijin ALLOH SWT. ‘Tugas’ kita memang banyak2 bershalawat kepada Rasululloh SAW, agar (atas ijin ALLOH SWT) beliau memberikan syafa’atnya kepada kita. Jangan sampai hal ini disalah artikan.
o. Menyembelih dan bernadzar atas nama kuburan, makam ataupun orang-orang mati. Meski terdengar menggelikan, namun masih ada umat Islam yg melakukan hal ini. Padahal Rasululloh SAW telah bersabda:“ALLOH melaknat orang yg menyembelih atas nama selain ALLOH”(HR Muslim). Untuk urusan nadzar, perhatikan firman ALLOH di Al Baqarah(2):270. Dinyatakan “Apa saja yg kamu nafkahkan atau apa saja yg kamu nadzarkan, maka sesungguhnya ALLOH mengetahuinya”. Dengan demikian hanya (sembelihan) kurban dan nadzar yg didasarkan ALLOH SWT saja yg digolongkan sebagai ibadah kepada-Nya. Selain dari niat tersebut, akan digolongkan sebagai syirik.
p. Thawaf di kuburan, mengusap-usap kuburan dan meminta berkah. Untuk hal yg satu ini, rasa2nya tidak ada komentar lagi. Sudah cukup jelas
q. Memohon dan istighatsah kepada orang-orang yg masih hidup, namun tidak hadir di hadapan pemohon, dengan keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memberi manfaat/pertolongan. Ini serupa dengan no 1, hanya kali ini permohonan ditujukan kepada orang2 yg hidup.
r. Ghuluw (berlebih-lebihan) kepada orang2 shaleh atau para Nabi - dengan mensifati mereka dengan sebuah sifat ketuhanan, atau memberi mereka hak ubudiyah. Ini terjadi pada Nabi Isa. Kaum Nasrani, (muungkin) saking cintanya kepada Nabi Isa, akhirnya menggelari Nabi Isa dg sifat2 Tuhan. Rasululloh SAW bersabda“Janganlah kalian terlalu berlebihan memuji aku seperti kaum Nasrani terlalu berlebihan memuji Isa, putra Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah hamba ALLOH dan Rasul utusan-Nya.”(HR Bukhari)
s. Takut kepada para wali atau jin (rasa takut ini berupa rasa takut yg tersembunyi), seperti takut dikenai keburukan oleh seorang wali atau jin jika dia tidak melakukan hal-hal tertentu. Yg dimaksud rasa takut di sini adalah rasa takut yg menyerupai rasa takut kepada ALLOH SWT. Padahal kepada wali atau jin, tidaklah perlu hingga takut berlebihan, karena mereka juga makhluk ciptaan ALLOH SWT, yg segala sesuatunya ALLOH-lah yg berkuasa. Sebagai contoh, mungkin orang2 NU yg terlalu mengagungkan Gus Dur, sehingga apapun yg dikatakan Gus Dur akan dikerjakan karena mereka beranggapan Gus Dur = wali, yg mesti selalu diikuti+dilaksanakan ucapannya.
t. Menyimpan jimat yg berisi kesyirikan+mantera, atau menggantung Tamimah (jimat) dan Ruqyah (jampi2) karena takut tertimpa musibah/bahaya, atau untuk melawan sihir pandangan mata dan kedengkian. Hal ini sudah jelas merupakan bentuk kesyirikan. Beberapa hadits yg terkait:
- “Sesungguhnya Ruqyah, Tamimah, dan Tiwalah (mantera) adalah kesyirikan.” (HR Ahmad, Abu Dawud)
- “Barangsiapa yg menggantung jimat maka dia telah syirik.”(HR Imam Ahmad)
- “Tidak mengapa melakukan ruqyah selama tidak mengandung kesyirikan.”(HR Muslim). Ruqyah di sini adalah permohonan bantuan selain kepada ALLOH SWT.
u. Bertanya kepada paranormal, dukun, tukang sihir, ramalan bintang, dan membenarkan mereka. Kesyirikan karena mempercayai mereka telah diucapkan Rasululloh SAW,“Barangsiapa yg mendatangi peramal atau dukun, kemudian dia membenarkan ucapannya, maka ia telah kafir dengan ajaran yg diturunkan kepada Muhammad SAW”(HR Bukhari-Musliim)
v. Mengalungkan sepotong kulit serigala atau menggantungnya di rumah, untuk mengusir jin. Dalilnya bisa dilihat di no 8.
w. Menyembelih di ambang pintu karena takut diganggu jin. Ini sebuah tindakan yg menggelikan, namun kenyataannya masih umat Islam ada yg melakukannya. Mereka menyembelih hewan kurban di tempat2 tertentu, karena takut gangguan jin. Ini jelas2 syirik… Dalilnya ada di no 3 dan no 7.
x. Mengaku mengetahui ilmu ghaib atau bisa melihat ke Lauh Mahfuzh. ALLOH SWT telah berfirman di Qur’an, An Naml(27):65,“Katakanlah: tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yg mengetahui perkara yg ghaib, KECUALI ALLOH SWT”. Dengan demikian jika ada orang2 yg mengaku mengetahui hal ghaib, meskipun orang tsb shaleh, rajin beribadah, dst dst…kita WAJIB MENOLAKNYA.!!!
y. Menyimak syair-syair (atau lagu) yg mengandung kesyirikan dan ridha (ikut) dg kesyirikan yg terkandung di dalamnya. Ada beberapa syair2 dari para pujangga Arab yg mengandung kesyirikan, seperti Al Burdah karangan Al Bushari, yg terlalu ghuluw (berlebihan) terhadap Rasululloh SAW+Ahlul Bait+orang2 shaleh. Di jaman sekarang mungkin lagu2 metal/hard rock, yg isinya menyembah/memuja selain kepada ALLOH termasuk dalam kriteria ini.
z. Mengklaim bahwa ALLOH berada di setiap tempat atau menyatu di dalam jiwa sebagian orang. Untuk hal ini, mungkin yg dimaksud adalah klaim yg pernah dilakukan Al Hallaj dan Syekh Siti Djenar.
BAHAYA SYIRIK
1. Syirik Ashghar (tidak mengeluarkan dari agama).
a. Merusak amal yang tercampur dengan syirik ashghar.
Dari Abu Hurairah radiallahu anhu marfu (yang terjemahannya): Allah berfirman: "Aku tidak butuh sekutu-sekutu dari kalian, barang siapa yang melakukan suatu amalan yang dia menyekutukan-Ku padanya selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan persekutuannya". (Riwayat Muslim, kitab az-Zuhud 2985, 46).
b. Terkena ancaman dari dalil-dalil tentang syirik, karena salaf menggunakan setiap dalil yang berkenaan dengan syirik akbar untuk syirik ashghar. (Lihat al-Madkhal, hal 124).
c. Termasuk dosa besar yang terbesar.
2. Syirik Akbar
a. Kezhaliman terbesar.
Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya syirik itu kezhaliman yang besar". (QS. Luqman: 13).
b. Menghancurkan seluruh amal.
Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya jika engkau berbuat syirik, niscaya hapuslah amalmu, dan benar-benar engkau termasuk orang yang rugi". (QS. Az-Zumar: 65).
c. Jika meninggal dalam keadaan syirik, maka tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya):Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni jika disekutukan, dan Dia akan mengampuni selain itu (syirik) bagi siapa yang (Dia) kehendaki. (QS. An-Nisa: 48, 116).
d. Pelakunya diharamkan masuk surga.
Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya barang siapa menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan jannah baginya dan tempatnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun". (QS. Al-Maidah: 72).
e. Kekal di dalam neraka.
Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk". (QS. Al-Bayyinah: 6).
f. Syirik adalah dosa paling besar.
Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu. Bagi siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya". (QS. An-Nisa: 116).
g. Perkara pertama yang diharamkan oleh Allah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): "Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun ter-sembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menu-runkan hujjah untuk itu dan (meng-haram-kan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-Araaf: 33).
h. Dosa pertama yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lihat Quran surah Al-Anaam: 151.
i. Pelakunya adalah orang-orang najis (kotor) akidahnya.
Allah Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis". (QS. At-Taubah: 28).
Wallahualam Bisshawab.
Referensi:
Kitab Tauhid (terjemah) Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi
Dosa-Dosa yang Dianggap Biasa (terjemah), Syaikh Muhammad bin Shalih al Munajjid.
Majalah As-Sunnah 09/IV/1421/2000.
Selasa, 18 November 2008
Menuntut Ilmu
Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap Ilmu. Islam menyeru, mendorong bahkan memerintahkan umatnya untuk menjadi orang-orang berilmu (ulil albab). Dalam hadits Rasulullah saw bersabda:
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.” (Shohih Aljami’ash Shoghir no. 3913,3914).
Allah memberikan kedudukan kepada orang-orang berilmu. Dalam surat Al-Mujadilah : 11,
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
“Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az Zumar : 9)
Dalam hadits Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya hikmah (ilmu) itu menambah kemuliaan dan mengangkat hamba sahaya sehingga mencapai yang dicapai raja-raja.” (HR. Abu Na’im)
“Sesungguhnya matinya suatu kabilah lebih ringan dari pada matinya seorang ‘alim.” (HR. Thabrani)
“Apabila seorang manusia meninggal terputuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: Shodaqoh jariyah, Ilmu bermanfaat dan anak sholeh yang mendo’akan.” (HR. Muslim)
“Sesungguhnya keutamaan orang alim atas abid (ahli ibadah) seperti kelebihan cahaya rembulan dari seluruh bintang-bintang.” (HR. Ahmad)
“Keutamaan seorang alim atas seorang abid seperti kelebihanku atas orang yang paling rendah diantara kalian.” (Shohih jami’ash shoghir no : 4213)
Hasan Al Bashri berkata :
“Seorang aktivis tanpa ilmu seperti orang yang berjalan tidak pada jalannya, dan yang beramal tanpa ilmu lebih banyak tindakan destruktifnya ketimbang memperbaiki...” (Miftahu daris sa’adah 1/82-83)
Tentunya ilmu disini yang terutama adalah ilmu agama. Karena sesuai dengan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT, yaitu untuk beribadah.
Rasulullah saw bersabda:
“Siapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya, niscaya Allah menjadikannya bertafaquhfiddin (memperdalam ajaran diennya).” (HR. Bukhari wa Muslim)
Abu Tholib Al-Makki berkata:
“Bahwa yang dimaksud (ilmu) wajib disini adalah ilmu yang terkandung oleh hadis yang didalamnya terdapat bangunan Islam.”
Syaikh Abul ‘Izzi Al Hanafi berkata :
“Ilmu yang paling mulia adalah ilmu Ushuluddin (pokok-pokok agama) karena tolok ukur mulianya sebuah ilmu tergantung pada kemuliaan yang mesti diilmui. Kebutuhan manusia kepada ilmu ini diatas kebutuhan penting lainnya, karena tiada hakikat hidup bagi hati dan tiada kenikmatan dan ketentraman kecuali apabila dia mengenal Rob-nya, sesembahan dan penciptanya, lengkap dengan asma, sifat serta perbuatan-perbuatan (Rububiyah) Nya.”
Sehingga dengan ilmu ini, seorang hamba memiliki petunjuk untuk beribadah secara benar. Kemudian dapat menilai benar salah atau halal haram suatu perbuatan. Sehingga sangatlah aneh orang yang tidak pernah menuntut ilmu berkata mengenai agama seolah-olah lebih ahli dari yang menuntut ilmu.
Wallahu a’lam bishowab.
Senin, 10 November 2008
Pengajian Perdana Eksternal
Pada pembahasan perdana ini bertema Aqidah - Bab Awwal. Yang sumbernya diambil dari buku Minhajul Muslim karangan Abu Bakr Al-Jaiziri.
Dan Ketua DKM kita mengharapkan kegiatan ini dapat berkelanjutan. Beliau berharap penceramah dapat rutin mengisi di musholla Al-Furqon dengan tema selanjutnya, yaitu bab kedua dan seterusnya. Sebagai kitab pegangan akan diusahakan Musholla memiliki buku ini, yaitu Minhajul Muslim.
Senin, 03 November 2008
Abdurrahman bin 'Auf
Dilahirkan selang sepuluh tahun setelah tahun Gajah. Pada masa jahiliyah memiliki nama Abu Amru. Setelah masuk Islam, kemudian Rasulullah sholallahu alaihi wa salam menggantinya dengan Abdurrahman. Lengkapnya ialah Abdurrahman bin Auf bin Abdi bin Al Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’aiy. Kuniyahnya ialah Abu Ahmad. Dia termasuk assabiqun al awwalun, dan tergolong diantara sepuluh orang yagn dijanjikan Rasulullah masuk surga.
Abdurrahmah bin Auf masuk Islam atas ajakan Abu Bakar Ash Shiddiq, yaitu sebelum Rasulullah tinggal di rumah Al Arqam. Sebagaimana kaum muslimin yang lainnya, ia juga mendapatkan tekanan-tekanan dari kaum Quraisy, yang semakin lama semakin keras. Ketika Allah mengijinkan Rasulullah untuk hijrah ke Madinah, ia termasuk orang yang turut serta dalam rombongan tersebut. Di madinah beliau dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan sahabat Sa’ad bin Rabi’ Al Anshari
Sa’ad bin Rabi’ berkata kepada saudaranya, Abdurrahman, ”Wahai saudaraku, aku memiliki dua kebun, pilihlah mana yang engkau suka, lalu ambillah.” Abdurrahman menjawab, ”Semoga Allah memberikan berkah kepada harta dan keluargamu. Akan tetapi, tunjukanlah kepadaku pasar.”
Dia adalah sahabat yang pandai berdagang dan sangat ulet. Maka mulailah ia menjual dan membeli. Selang beberapa saat ia sudah mengumpulkan keuntungan dari perdagangannya.
Disamping itu, ia juga sosok pejung yang pemberani. Ia mengikuti peperangan-peperangan bersama Rasulullah. Pada waktu perang Badr, ia berhasil membunuh salah satu dari musuh-musuh Allah, yaitu Umair bin Utsman bin Ka’ab At Taimi. Keberaniannya juga nampak tatkala perang Uhud, medan dimana banyak diantara kaum muslimin yang lari, namun ia tetap ditempatnya dan terus berperang Sehingga diriwayatkan, ia mengalami luka-luka sekitar dua puluh sekian luka. Akan tetapi perjuangannya di medan perang masih lebih ringan, jika dibanding dengan perjuangannya dalam harta yang dimilikinya.
Keuletannya berdagang serta doa dari Rasulullah, menjadikan perdagangannya semakin berhasil, sehingga ia termasuk salah seorang sahabat yang kaya raya. Kekayaan yang dimilikinya, tidak menjadikannya lalai. Tidak menjadi penghalang untuk menjadi dermawan.
Diantara kedermawanannya, ialah tatkala Rasulullah ingin melaksanakan perang Tabuk. Yaitu sebuah peperangan yang membutuhkan banyak perbekalan. Maka datanglah Abdurrahman bin ‘Auf dengan membawa dua ratus ‘uqiyah emas dan menginfakkannya di jalan allah. Sehingga berkata Umar bin Khattab, ”Sesungguhnya aku melihat, bahwa Abdurrahman adalah orang yang berdosa karena dia tidak meninggalkan untuk keluarganya sesuatu apapun.” Maka bertanyalah Rasulullah kepadanya, ”Wahai Abdurrahman, apa yang telah engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Dia menjawab, ”Wahai Rasulullah, aku telah meninggalkan untuk mereka lebih banyak dan lebih baik dari yang telah aku infakkan.” ”Apa itu?” tanya Rasulullah. Abdurrahman menjawab, ”Apa yang dijanjikan oleh allah dan RasulNya berupa rizki dan kebaikan serta pahala yang banyak.”
Suatu ketika datanglah kafilah dagang Abdurrahman di kota Madinah, terdiri dari tujuh ratus onta yang membawa kebutuhan-kebutuhan. Tatkala masuk ke kota Madinah, terdengarlah suara hiruk pikuk. Maka berkata Ummul Mukminin, ”Suara apakah ini?” Maka dijawab, ”Telah datang kafilah Abdurrahman bin ‘Auf.” Ummul Mukminin berkata, ”Sungguh aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku melihat Abdurrahman masuk surga dengan keadaan merangkak’.” Ketika mendengarkan berita tersebut, Abdurrahman mengatakan, ”Aku ingin masuk surga dengan keadaan berdiri. Maka diinfakkanlah kafilah dagang tersebut.”
Beliau juga terkenal senang berbuat baik kepada orang lain, terutama kepada Ummahatul Mukminin. Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Mneyertainya apabila mereka berhaji, yang ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Abdurrahman. Dia juga pernah memberikan kepada mereka sebuah kebun yagn nilainya sebanyak empat ratus ribu.
Puncak dari kebaikannya kepada orang lain, ialah ketika ia menjual tanah seharga empat puluh ribu dinar, yang kemudian dibagikannya kepada Bani Zuhrah dan orang-orang fakir dari kalangan muhajirin dan Anshar. Ketika Aisyah mendapatkan bagiannya, ia berkata, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, tidak akan memperhatikan sepeninggalku, kecuali orang-orang yang bersabar. Semoga Allah memberinya air minum dari mata air Salsabila di surga.”
Diantara keistimewaan Abdurrahman bin Auf, bahwa a berfatwa tatkala Rasulullah masih hidup. Rasulullah juga pernah shalat di belakangnya pada waktu perang tabuk. Ini merupakan keutamaan yang tidak dimiliki orang lain.
Abdurrahman bin Auf, juga termasuk salah seorang sahabat yang mendapatkan perhatian khusus dari Rasulullah. Terbukti tatkala terjadi suatu masalah antara dia dan Khalid bin Walid, maka Rasulullah bersabda, ”Wahai Khalid, janganlah engkau menyakiti salah seorang dari Ahli Badr (yang mengikuti perang Badr). Seandainya engkau berinfak dengan emas sebesar gunung Uhud, maka tidak akan bisa menyamai amalannya.”
Disamping memiliki sifat yang pemurah dan dermawan, ia juga sahabat yang faqih dalam masalah agama. Berkata Ibnu Abbas: Suatu ketika kami duduk-duduk bersama Umar bin Khattab. Maka Umar berkata, ”apakah engkau pernah mendegnar hadits dari Rasulullah yang memerintahkan seseorang apabila lupa dalam shalatnya, dan apa yang dia perbuat?”
Aku menjawab, ”Demi Allah, tidak pernah wahai Amirul Mukminin. Apakah engkau pernah mendengarnya?” Dia menajawab, ”Tidak pernah, demi Allah.” Tatkala kami sedang demikian, datanglah Abdurrahman bin Auf dan berkata, ”Apa yang sedang kalian lakukan?” Umar menjawab, ”Aku bertanya kepada Ibnu Abbas,” kemudian ia menyebutkan pertanyaannya. Abdurrahman berkata, ”aku pernah mendengarkan tentang hal itu dari Rasulullah.” Apa yang engkau dengar wahai Abdurrahman?” Maka ia menjawab, ”Aku mendengar Rasulullah bersabda, apabila lupa salah seorang diantara kalian di dalam shalatnya, sehingga tidak tahu apakah ia menambah atau mengurangi, apabila ragu satu raka’at atau dua raka’at, maka jadikanlah satu raka’at, dan apabila ia ragu dua raka’at atau tiga raka’at, maka jadikanlah dua raka’at, dan apabila ia ragu tiga raka’at atau empat raka’at, maka jadikanlah tiga raka’at, sehingga keraguannya di dalam menambah, kemudian sujud dua kali dan dia dalam keadaan duduk sebelum salam, kemudian salam.”
Itulah beberapa keutamaan Abdurrahman bin Auf, dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang lainnya. Apabila dalam suatu majlis, kesederhanaan yang dimiliki Abdurrahman, menjadikan manusia susah untuk membedakan, mana yang miskin dan mana yang kaya. Melimpahnya harta yang dimilikinya, itu semua karena doa dari Rasulullah sholallahu alaihi wa salam dan merupakan ujian berat dari Allah.
Beliau wafat dan meninggalkan banyak harta untuk para ahli warisnya. Terbilang meninggalkan seribu onta, seratus kuda, tiga ribu ekor kambing Juga meninggalkan emas dan perak yang semuanya dibagikan kepada ahli warisnya.
Sungguh berbahagia Abdurrahman bin Auf, orang yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah. Diantara sahabat yang ikut membawa jenazahnya ialah Sa’ad bin Abi Waqqas. Juga dishalati oleh Utsman bin Affan, serta ikut mengiringinya sahabat Ali bin Abi Thalib. Semoga allah merahmati sahabat Abdurrahman bin Auf.
Sumber pengambilan:
Abu Aminah, Abdurrahman bin Auf, Rubrik Sakhshiyah Majalah Assunnah edisi 02/Tahun VII/1424H/2003M, hal 59-60
Rabu, 30 Juli 2008
Peringatan Isra Mi'raj 1429 H
Selanjutnya acara inti, Ceramah Umum yang kali ini disampaikan oleh Ust. Ahmad Nahrawi, pengurus IKADI Mustika Jaya. Dalam ceramahnya beliau berpesan untuk menegakkan sholat. Pada masa Khalifah Umar bin Khottob, beliau biasa berkeliling negeri setelah sholat shubuh untuk menengok warganya. Suatu ketika beliau mendengarkan percakapan antara ibu dengan anaknya. Ternyata ibunya itu menyuruh anaknya untuk mencampur susu sapi yang habis diperah dengan air, supaya kelihatan banyak. Namun anak perempuan tersebut tidak mau melakukannya, karena itu melanggar perintah Allah. Umar yang menyaksikan peristiwa itu merasa terharu. Sepulang dari sana, beliau bertekad setelah anak laki-lakinya dewasa, kelak akan dijodohkan dengan anak perempuan pemerah susu sapi tsb. Ust. Ahmad Nahrawi menerangkan itulah salah satu berkah seorang anak yang rajin sholat, yaitu jujur dan akhirnya dinikahkan dengan keluarga yang terkenal kebaikannya.
Terakhir acara ini ditutup dengan Doa yang dibacakan oleh Ust. Kusdi.
Selasa, 08 Juli 2008
Ali bin Abi Tholib
Ayahnya adalah: Abu Thalib, paman Nabi saw, bin Abdul Muththalib, bin Hasyim, bin Abdi Manaf, bin Qushayy. Ibunya adalah: Fathimah binti Asad, bin Hasyim, bin Abdi Manaf. Saudara-saudara kandungnya adalah: Thalib, 'Uqail, Ja'far dan Ummu Hani.
Dengan demikian, jelaslah, Ali adalah berdarah Hasyimi dari kedua ibu-bapaknya. Keluarga Hasyim memiliki sejarah yang cemerlang dalam masyarakat Mekkah. Sebelum datangnya Islam, keluarga Hasyim terkenal sebagai keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat. Ibunya adalah Fathimah binti Asad, yang kemudian menamakannya Haidarah. Haidarah adalah salah satu nama singa, sesuai dengan nama ayahnya: Asad (singa). Fathimah adalah salah seorang wanita yang terdahulu beriman dengan Risalah Nabi Muhammad Saw. Dia pula-lah yang telah mendidik Nabi Saw, dan menanggung hidupnya, setelah meninggalnya bapak-ibu beliau, Abdullah dan Aminah. Beliau kemudian membalas jasanya, dengan menanggung kehidupan Ali, untuk meringankan beban pamannya, Abu Thalib, pada saat mengalami kesulitan ekonomi. Saat Fathimah meninggal dunia, Rasulullah Saw yang mulai mengkafaninya dengan baju qamisnya, meletakkannya dalam kuburnya, dan menangisinya, sebagai tangisan seorang anak atas ibunya. Dan bersabda:
"Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik bagi ibu asuhku ini. Engkau adalah orang yang paling baik kepadaku, setelah pamanku dan almarhumah ibuku. Dan semoga Allah SWT meridhai-mu."
Dan karena penghormatan beliau kepadanya, maka beliau menamakan anaknya yang tersayang dengan namanya: Fathimah. Darinyalah kemudian mengalir nasab beliau yang mulia, yaitu anak-anaknya: Hasan, Husein, Zainab al Kubra dan Ummu Kultsum.
Haidarah adalah nama Imam Ali yang dipilihkan oleh ibunya. Namun ayahnya menamakannya dengan Ali, sehingga dia terkenal dengan dua nama tersebut, meskipun nama Ali kemudian lebih terkenal.
Anak-anaknya adalah: Hasan, Husein, Zainab, Ummu Kultsum, dari Fathimah binti Rasulullah Saw. Seorang isteri yang tidak pernah diperlakukan buruk oleh Ali r.a. selama hidupnya. Bahkan Ali tetap selalu mengingatnya setelah kematiannya. Ia juga mempunyai beberapa orang anak dari isteri-isterinya yang lain, yang ia kawini setelah wafatnya Fathimah r.a. Baik isteri dari kalangan wanita merdeka maupun hamba sahaya. Yaitu: Muhsin, Muhammad al Akbar, Abdullah al Akbar, Abu Bakar, Abbas, Utsman, Ja'far, Abdullah al Ashgar, Muhammad al Ashghar, Yahya, Aun, Umar, Muhammad al Awsath, Ummu Hani, Maimunah, Rahmlah ash Shugra, Zainab ash Shugra, Ummu Kaltsum ash Shugra, Fathimah, Umamah, Khadijah, Ummu al Karam, Ummu Salmah, Ummu Ja'far, Jumanah, dan Taqiyyah.
. ’Ali ra. sendiri termasuk salah seorang dari 10 sahabat ra. yang dijamin masuk surga.
BEBERAPA KEUTAMAAN ‘ALI RA.
‘Ali ra. adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak. Sebagian riwayat mengatakan bahwa saat masuk Islam, beliau ra. baru berumur 10 tahun. Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad bahwa Al-Hassan bin Zaid bin Al-Hassan berkata: “‘Ali tidak pernah menyembah berhala sama sekali karena dia memang masih kecil.”
Saat hijrah RasuluLlah saw, ’Ali ra. dengan penuh keberanian, tidur di atas tempat tidur RasuluLlah saw., sehingga para pengepung mengira RasuluLlah saw. masih di dalam rumah, sedang beliau saw. telah meninggalkan rumah tsb.
‘Ali adalah salah satu dari 3 orang sahabat ra. yang melakukan perang tanding satu lawan satu melawan 3 tokoh kafir Quraisy saat Perang Badar. ‘Ali ra. berkata: ‘Utbah bin Rabiah (dari Kafir Quraisy, pen.) maju diikuti putra (Al-Walid, pen.) dan saudaranya (Syaibah, pen.). Ia berseru: ‘Siapa mau bertarung?’ Kemudian ditampilkan kepadanya seorang pemuda Anshar. Ia bertanya: ‘Siapa kamu?’ Maka mereka mengabarinya. ‘Utbah berkata: ‘Kami tidak membutuhkan kamu, tetapi kami inginkan putera-putera paman kami.’ Kemudian RasuluLlah saw. bersabda: ”Berdirilah, hai Hamzah! Majulah, hai ’Ali! Majulah hai ’Ubaidah bin Harits!” Kemudian Hamzah ra. menghadapi ’Utbah (dan berhasil membunuhnya, pen.) dan aku menghadapi Syaibah (dan membunuhnya, pen.). ’Ubaidah dan Al-Walid saling menyerang. Masing-masing saling melukai lawannya. Kemudian kami menyerang Al-Walid dan membunuhnya dan kami bawa ’Ubaidah.” (HR. Abu Daud)
Abu Dzar ra. bersumpah, kalau ayat:
“Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka...“ (Q. S. Al-Hajj : 19)
Turun mengenai orang-orang yang bertarung dalam Perang Badar; “Hamzah, ’Ali, ’Ubaidah ibnul Harits, ’Utbah bin Rabiah dan Syaibah bin Rabi’ah serta Al-Walid bin ’Utbah.“ (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Bukhari juga meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad, dia berkata bahwa RasuluLlah saw. bersabda pada Perang Khaibar: “Saya sungguh-sungguh akan berikan bendera perang esok hari kepada orang yang dengannya Khaibar akan dibuka dan dia mencintai Allah dan Rasul Nya, sebagaimana Allah dan Rasul Nya mencintainya.” Malam itu para sahabat ramai membincangkan siapa yang akan mendapat kehormatan untuk mendapatkan bendera perang itu. Tatkala pagi menjelang, para sahabat segera menemui RasuluLlah saw. Semuanya berharap semoga bendera itu diberikan kepadanya. Lalu RasuluLlah saw. berkata: “Di mana ‘Ali?” Orang yang hadir saat itu berkata: “Dia sedang sakit mata.” RasuluLlah saw. bersabda: “Datangkan dia ke sini!” Lalu para sahabat ra. menjemputnya untuk menghadap RasuluLlah saw. ‘Ali ra. datang menemui RasuluLlah saw., dan RasuluLlah saw. menyemburkan ludah kepada kedua matanya dan berdoa. Dan sembuhlah kedua mata ‘Ali seakan-akan dia tidak pernah merasa sakit. Lalu RasuluLlah saw. serahkan bendera itu kepadanya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir bahwa Jabir bin ‘AbduLlah berkata: Pada saat perang Khaibar, ‘Ali mampu menjebol pintu Khaibar sendirian, hingga akhirnya kaum muslimin mampu masuk ke dalam benteng dan menaklukkan musuh-musuhnya. Lalu mereka menarik pintunya dan pintu tersebut tidak mampu ditarik kecuali oleh 40 orang.
‘Ali ra. mengikuti semua perang yang diikuti oleh RasuluLlah saw., kecuali Perang Tabuk. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra. bahwa RasuluLlah saw. memerintahkan ‘Ali ra. untuk menggantikan beliau saw. sementara di Madinah pada saat kaum muslimin akan menuju Perang Tabuk. ‘Ali ra. saat itu berkata: “Engkau tempatkan aku bersama para wanita dan anak-anak di Madinah?” RasuluLlah saw. bersabda: “Tidakkah engkau rela menjadi laksana Harun di samping Musa di sisiku? Hanya saja memang tidak ada Nabi setelahku.”
Imam Muslim dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra. dia berkata: Tatkala turun ayat:
“Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), Maka Katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil anak-anak Kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri Kami dan isteri-isteri kamu, diri Kami dan diri kamu; kemudian Marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la'nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta".” (Q. S. Ali ‘Imraan : 61)
Beliau saw. memanggil ‘Ali, Fathimah, Hassan , Husein (radhiyaLlahu ‘anhum) lalu berkata: “Ya Allah, mereka adalah keluargaku.”
Imam Ath-Thabarani dengan isnad shahih meriwayatkan dari Ummu Salamah ra. dari RasuluLlah saw, beliau saw. bersabda:
“Barangsiapa mencintai ‘Ali, maka dia berarti mencintai saya, dan siapa yang mencintai saya, berarti dia mencintai Allah. Barangsiapa membenci ‘Ali, berarti dia membenci saya dan barangsiapa yang membenci saya berarti dia membenci Allah.”
Al-Bara’ bin ‘Azib ra. berkata, bahwa RasuluLlah saw. bersabda kepada ‘Ali ra: “Engkau dari aku dan aku dari kamu.” (HR. Bukhari)
Al-Bazzar, Abu Ya’la dan Al-Hakim meriwayatkan dari ‘Ali ra., dia berkata, RasuluLlah saw. memanggil saya lalu berkata:
“Wahai ‘Ali, sesungguhnya dalam dirimu ada sesuatu yang menyerupai ‘Isa, dia dibenci orang Yahudi hingga mereka melecehkan ibunya, dan dicintai oleh orang-orang Nashrani hingga mereka mendudukkannya pada posisi yang tidak benar. Ketahuilah, sesungguhnya ada dua golongan yang akan hancur karena perlakuan mereka terhadapmu: Golongan yang berlebih-lebihan dalam mencintaimu hingga mereka mendudukannmu pada posisi yang tidak benar, dan golongan yang membencimu dengan keterlaluan hingga mereka melecehkanmu.”
RasuluLlah saw. mengutus ‘Ali ke Yaman. Maka ia (’Ali ra., pen.) berkata: ”Wahai RasuluLlah, engkau utus diriku kepaa suatu kaum yang lebih tua dariku supaya aku putuskan perkara di antara mereka.” Nabi saw. berkata: ”Pergilah, karena Allah Ta’ala akan meneguhkan lisanmu dan memberi petunjuk kepada hatimu!” (HR. Ahmad)
Al-Hakim meriwayatkan dari ‘AbduLlah bin Mas’ud dia berkata: Kami sama-sama mengatakan bahwa penduduk Madinah yang paling pandai dalam memutuskan perkara adalah ‘Ali (ra.).
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Sa’id bin Musayyib dia berkata: ‘Umar bin Khaththab ra. selalu memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan dalam memutuskan perkara sulit jika saat itu ‘Ali ra. tidak hadir.
KEKHILAFAHAN ‘ALI RA.
Setelah ‘Utsman ra. syahid, ‘Ali ra. diangkat menjadi khalifah ke-4. Awalnya beliau ra. menolak, namun akhirnya beliau ra. menerimanya. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata: .....Sementara orang banyak datang di belakangnya dan menggedor pintu dan segera memasuki rumah itu. Kata mereka: "Beliau (‘Utsman ra.) telah terbunuh, sementara rakyat harus punya khalifah, dan kami tidak mengetahui orang yang paling berhak untuk itu kecuali anda (‘Ali ra.)". ‘Ali ra. berkata kepada mereka: "Janganlah kalian mengharapkan saya, karena saya lebih senang menjadi wazir (pembantu) bagi kalian daripada menjadi Amir". Mereka menjawab: "Tidak, demi Allah, kami tidak mengetahui ada orang yang lebih berhak menjadi khalifah daripada engkau". ‘Ali ra. menjawab: "Jika kalian tak menerima pendapatku dan tetap ingin membaiatku, maka baiat tersebut hendaknya tidak bersifat rahasia, tetapi aku akan pergi ke masjid, maka siapa yang bermaksud membaiatku maka berbaiatlah kepadaku". Pergilah ‘Ali ra. ke masjid dan orang-orang berbaiat kepadanya.
Dalam Tarikh Al-Ya’qubi dikatakan: ‘Ali bin Abi Thalib (ra.) menggantikan ‘Utsman sebagai khalifah... dan dia (ra.) dibaiat oleh Thalhah (ra.), Zubair (ra.), Kaum Muhajirin dan Anshar (radhiyaLlahu ‘anhum). Sedangkan orang yang pertama kali membaiat dan menjabat tangannya adalah Thalhah bin ‘Ubaidillah (ra.).
Imam Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzy mentakhrij hadits berasal dari Safinah ra., ia berkata: Aku mendengar RasuluLlah saw. bersabda:
“Kekhilafahan berlangsung selama 30 tahun dan setelah itu adalah kerajaan.” Safinah ra. berkata: “Mari kita hitung, Khilafah Abu Bakar ra. berlangsung 2 tahun, Khilafah ‘Umar ra. 10 tahun, Khilafah ‘Utsman ra. 12 tahun, dan Khilafah ‘Ali ra. 6 tahun.”
’Ali ra. bekerja keras pada masa kekhilafahannya guna mengembalikan stabilitas dalam tubuh umat setelah sebelumnya Ibnu Saba’ dan Sabaiyahnya melancarkan konspirasi dan provokasinya guna menghancurkan Islam dari dalam. Pada masa kekepemimpinan ‘Ali ra. ini, Ibnu Saba’ dan Sabaiyah nya pun kembali melancarkan konspirasi dan makar mereka, sehingga membuat keadaan menjadi semakin rumit. Diriwayatkan bahwa pada akhirnya ‘Ali ra. membakar banyak dari pengikut Sabaiyah ini dan juga mengasingkan Ibnu Saba’ ke Al-Madain.
‘ALI RA. MEMERANGI KHAWARIJ
Semula orang-orang yang kelak dikenal dengan khawarij ini turut membaiat ‘Ali ra., dan ‘Ali ra. tidak menindak mereka secara langsung mengingat kondisi umat belumlah kembali stabil, di samping para pembuat makar yang berjumlah ribuan itu pun telah berbaur di Kota Madinah, hingga dapat mempengaruhi hamba sahaya dan orang-orang Badui. Jika ‘Ali ra. bersegera mengambil tindakan, maka bisa dipastikan akan terjadi pertumpahan darah dan fitnah yang tidak kunjung habisnya. Karenanya ‘Ali ra, memilih untuk menunggu waktu yang tepat, setelah kondisi keamanan kembali stabil, untuk menyelesaikan persoalan yang ada dengan menegakkan qishash.
Kaum khawarij sendiri pada akhirnya menyempal dari Pasukan ‘Ali ra. setelah beliau ra. melakukan tahkim dengan Mu’awiyah ra. setelah beberapa saat terjadi perbedaan ijtihad di antara mereka berdua ra. (‘Ali ra. dan Mu’awiyah ra.). Orang-orang khawarij menolak tahkim seraya mengumandangkan slogan: “Tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Tidak boleh menggantikan hukum Allah dengan hukum manusia. Demi Allah! Allah telah menghukum penzalim dengan jalan diperangi sehingga kembali ke jalan Allah.” Ungkapan mereka: ‘Tiada ada hukum kecuali hukum Allah’, dikomentari oleh Ali: “Ungkapan benar, tetapi disalahpahami. ”
Pada akhirnya ‘Ali ra. memerangi khawarij tsb., dan berhasil menghancurkan mereka di Nahrawan, di mana hampir seluruh dari orang Khawarij tsb berhasil dibunuh, sedangkan yang terbunuh di pihak ‘Ali ra. hanya 9 orang saja.
Bersabda RasuluLlah saw.:
“Suatu kelompok akan melepaskan diri dari komunitas umat (yaitu Khawarij, pen.) ketika terjadi pertikaian di kalangan Kaum Muslimin, yang itu akan diperangi oleh golongan yang lebih utama dengan kebenaran (awla ath-thaa-ifataini bilhaq).” (HR. Muslim)
SYAHIDNYA ‘ALI RA.
Dari Muhammad bin Sa’d, dari beberapa orang syaiknya, mereka berkata: “
‘Ali ra. berkata (mengenai orang yang menyerangnya -yang menyebabkan syahidnya beliau ra.): “Beri ia makanan yang baik, dan sediakan untuknya tempat tidur yang empuk. Dan apabila aku masih hidup, maka aku lebih berhak untuk menuntuk balas kepadanya dengan memberikan maaf atau qishash. Akan tetapi jika aku mati, maka susulkan ia kepadaku, dan aku akan berbantahan dengan dirinya di hadapan Rabbul ‘Alamiin.”
Imam Ahmad dan Al-Hakim dengan sanad shahih meriwayatkan dari ‘Ammar bin Yasir bahwa RasuluLlah saw. bersabda kepada ‘Ali ra.:
“Manusia yang paling celaka adalah dua orang: Pembunuh unta Nabi Shaleh dari Kaum Tsamud dan orang yang memukul kepalamu hingga jenggotmu berlumuran darah karenanya.”
BEBERAPA PERKATAAN HIKMAH ‘ALI RA.
Berkata ‘Ali ra.: “Ambillah
Juga diriwayatkan dari ‘Ali ra., dia berkata: “Akibat maksiat adalah lemah dalam ibadah, sempit dalam riizki, berkurang lezatnya kehidupan.” Lalu ditanyakan kepadanya, apa yang dia maksud berkurang lezatnya kehidupan. Beliau ra. menjawab: “Tidak merasakan nikmat pada yang halal, namun akhirnya dia mendapatkan yang mengakibatkan habisnya kenikmatan itu.”
‘Ali ra., dia berkata: “Dua hal yang paling kutakuti atas kalian adalah panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Angan-angan yang panjang dapat melalaikan akhirat, sedang mengikuti hawa nafsu dapat menghalangi seseorang dari kebenaran. Ingatlah, sesungguhnya dunia ini akan ditinggalkan dan akan datang penggantinya. Masing-masing, diantara dunia dan akhirat memiliki anak. Jadilah kalian anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia, karena hari ini (dunia) ada amal dan tidak ada hisab, sedangkan hari esok (akhirat) ada hisab dan tidak ada lagi amal.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)
Dikutip, diringkas dan disusun kembali oleh PIP PKS ANZ wil. NSW dari:
Tarikh Khulafa’ (Imam Suyuthi), Jejak Para Tabi’in (AbdurRahman Ra’fat Basya), Ramalan-Ramalan RasuluLlah saw. (An-Nadwi), Terjemah ’Tahqiq Mawaqif al-Shahabah fil Fitnah’ (Muhammad Amhazun), Kelompok Parsial dalam Memahami Aqidah (Hidayat Nurwahid), Keutamaan Para Sahabat Nabi Saw. (Mustafa Al-‘Adawi), Zuhud (Imam Ahmad), Terjemah ‘Talbis Iblis’ (Ibnul Jauzy)
( YP | PIPPKS-ANZ | www.pks-anz.org )
Baca juga
Khalifah Abu Bakar Shidiq
Selasa, 22 April 2008
Artikel: Pusat Bumi berada di Kabah
Sebagaimana yang kita sedia maklum, setiap umat Islam perlu mengetahui arah Kaabah, walaupun di mana mereka berada, kerana Kaabah merupakan kiblat untuk kita menunaikan solat. Berbagai kaedah digunakan bagi menentukan arah kiblat seperti melihat arah matahari terbit atau terbenam, dan juga menggunakan kompas. Menyedari betapa pentingnya hal ini, Profesor Hosien Kamal El Din Ibrahim dari Mesir telah mencuba satu kaedah baru bagi menentukan arah kiblat dari seluruh penjuru dunia. Beliau banyak menerbitkan artikel-artikel saintifik di bidang kejuruteraan awam.
Untuk itu beliau telah melukis peta dunia yang baru, yang dapat menunjukkan arah Makkah dari kota-kota lain di dunia. Dengan menggunakan perkiraan matematik dan kaedah "spherical triangle" Prof. Hosien mendapati kedudukan Makkah betul-betul berada ditengah-tengah daratan bumi. Penyelidikan beliau ini membuktikan bahawa bumi ini berkembang dari Makkah, di mana Makkah adalah "pusat bumi". Penyelidik-penyelidik lain kemudiannya mengakui ketepatan kiraan beliau apabila mereka menggunakan program komputer bagi membuat kiraan dan melukis peta tersebut.
Sebelum itu, Abi Fadlallah Al-Emary yang meninggal dunia pada tahun 749 Hijrah turut melukis peta yang menentukan arah kiblat. Peta tersebut terdapat di dalam kitabnya "Masalik Al Absar Fi Mamalik Al Amsar". Beliau menggunakan kaedah astronomi bagi menentukan arah kiblat. seorang lagi pemikir Islam, Al-Safaksy (meninggal tahun 958 Hijrah) turut melukiskan peta dengan menggunakan pendekatan astronomi. Penyelidik-penyelidik zaman moden kemudiannya telah mengkaji kedua-dua peta tersebut dan membandingkannya dengan kaedah astrologi moden. Mereka mendapati kaedah yang digunakan oleh Al-Emary dan Al-Safaksy adalah sangat tepat dan kedua-dua peta tersebut membuktikan Makkah dan Kaabah adalah "pusat bumi". Hasil kajian ini telah diakui benar dan diisytiharkan oleh "The Egyptian Scholars of The Sun and Space Research Center" yang berpusat di Kahirah, Mesir.
Sumber: http://fauzynm.tripod.com/Nasihat/Nasihat75/nasihat75.html
Senin, 07 April 2008
Maulid 1429 H : Pemutaran Film The Message
DKM Al-Furqon pada hari Ahad tanggal 30 Maret 2008 memperingati Mulid Nabi Muhammad saw 1429 H. Ibu-ibu menyelenggarakan pada sore hari, sedangkan Bapak-bapaknya malam hari. Adapun keduanya memiliki acara yang sama, yaitu Pemutaran film The Message.
Film ini dibuat oleh produser film Hollywood, bahkan salah satu bintangnya adalah Anthony Quinn yang memerankan Hamzah, panglima perang Nabi. Namun begitu, film ini tetap objektif dalam menampilkan sejarah Nabi Muhammad.
Acara ini merupakan salah satu bentuk inovatif dalam memperingati Maulid. Pada dasarnya orang akan lebih tertarik menonton film daripada ceramah. Terbukti, meskipun acara malam untuk Bapak-bapak, tapi anak-anak ikutan menonton juga. Bahkan anak-anak perempuan juga.
Sabtu, 08 Maret 2008
Utsman Bin Affan
Diriwayatkan oleh Imam Muslim:...'Aisyah bertanya kepada RasuluLlah saw.: ’Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu ’Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika ’Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Beliau menjawab: ”Apakah aku tidak malu terhadap orang yang Malaikat saja malu kepadanya?”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama beliau ra. adalah ’Utsman bin ’Affan bin al-’Ash bin Umayyah bin Abdus Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib, al-Quraisyi al-Umawi al-Makki.
Beliau ra. dilahirkan pada tahun keenam sejak Tahun Gajah. Beliau ra. masuk Islam lewat ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. serta termasuk Assabiqunal Awwalun. Beliau ra. adalah satu dari 10 Sahabat yang dijamin surga. Terdapat 146 hadits yang beliau ra. riwayatkan, menurut Imam Suyuthi. Beliau ra. melakukan dua kali hijrah, ke Habasyah (
Ibnu Asakir meriwayatkan dari berbagai jalur periwayatan bahwa ’Utsman bin ’Affan adalah lelaki yang berpostur semampai, tidak tinggi dan tidak juga pendek. Wajahnya rupawan, putih kemerahan. Di wajahnya ada bintik-bintik cacar. Jenggotnya tebal, tulang-tulang sendinya besar, pundaknya lebar, betisnya gempal, tangannya panjang, penuh bulu. Dia berambut keriting, botak, gigi depannya indah, rambut kepalanya menutupi kedua telinganya, memakai semir kuning. Dia menempeli giginya dengan emas. Ibnu Asakir meriwayatkan dari AbduLlah bin Hazm al-Muzanni, dia berkata: ”Saya melihat ’Utsman. Saya tidak melihat seorang lelaki atau wanita yang memiliki keindahan wajah seelok wajah ’Utsman.”
BEBERAPA KEUTAMAAN ’UTSMAN BIN ’AFFAN RA.
Beliau ra. menikah dengan Ruqayyah ra., puteri RasuluLlah saw., sejak RasuluLlah saw. belum diangkat menjadi Rasul. Ruqayyah ra. meninggal saat sebelum Perang Badar terjadi, di mana ’Utsman ra. tidak ikut perang Badar ini karena merawat Ruqayyah ra. (namun ’Utsman ra. tetap mendapat pahala Perang Badar). Kemudian RasuluLlah saw. menikahkan puteri beliau saw. yang lain, Ummu Kultsum ra., dengan ’Utsman ra., sehingga beliau ra. dijuluki Dzun Nurain (Pemilik Dua Cahaya).
Imam Thabrani meriwayatkan dari ’Ishmah bin Malik dia berkata: Tatkala putri RasuluLlah saw. (Ummu Kultsum, pen.) meninggal dunia (tahun 9H, pen.), yang ketika itu di bawa tanggungan ’Utsman, beliau saw. bersabda:
”Nikahkanlah anak kalian dengan ’Utsman; andaikata saya memiliki puteri ketiga, niscaya akan saya nikahkan puteriku itu dengannya dan tidaklah aku nikahkan kecuali karena ada wahyu dari Allah.”
Ibnu Asakir meriwayatkan dari ’Ali bin Abi Thalib ra., dia berkata: Saya mendengar RasuluLlah saw. berkata kepada ’Utsman:
”Andaikata saya memiliki empat puluh orang anak, maka akan saya nikahkan dia denganmu satu demi satu hingga tidak ada yang tersisa satu pun di antara mereka.”
Diriwayatkan dari Al-Nazzal bin Sabrah al-Hilali, katanya: Kami berkata kepada ’Ali ra.: ”Wahai Amirul Mukminin, ceritakan kepada kami mengenai ’Utsman bin ’Affan”. Maka ’Ali ra. menjawab: ”Ia adalah orang yang dipanggil oleh para Malaikat dengan sebutan Dzun Nurain. Ia adalah menantu RasuluLlah saw., dari kedua puteri beliau saw., dan ia dijamin masuk surga.”
RasuluLlah saw. bersabda:
”Hormatilah ia (’Utsman ra., pen.) karena ia adalah orang yang akhlaknya paling menyerupaiku di antara para Sahabatku.” (HR. Ahmad)
Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa ’Aisyah berkata: Ketika RasuluLlah saw. sedang berbaring di rumahku, kedua betisnya tersingkap. Lalu Abu Bakar minta izin masuk, dan dipsersilakan sedang beliau saw. tetap seperti keadaannya semula, lalu mereka berbincang-bincang. Kemudian ’Umar minta izin masuk, dan dipersilakan sedangkan beliau saw. tetap seperti keadannya semula, lalu mereka berbincang-bincang. Giliran kemudian ’Utsman minta izin masuk, maka RasuluLlah saw. duduk dan membetulkan pakaian beliau saw., lalu mereka berbincang-bincang. Setelah (’Utsman) keluar, ’Aisyah bertanya kepada RasuluLlah saw.: ’Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu ’Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika ’Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Beliau menjawab: ”Apakah aku tidak malu terhadap orang yang Malaikat saja malu kepadanya?”
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa RasuluLlah saw. bersabda:
”Umatku yang paling pengasih adalah Abu Bakar, yang paling keras menegakkan Agama Allah adalah ’Umar, yang paling pemalu adalah ’Utsman, yang paling tahu halal haram adlaah Mu’adz bin jabal, yang paling baik bacaan Al-Quran nya adalah Ubay, dan yang paling mengetahui Faraidh adlaah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mempunyai orang yang paling amanah, dan umatku yang paling amanah adalah Abu ’Ubaidah bin Al-Jarrah.” Dan RasuluLlah saw. bersabda: ”...sedangkah rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman.” (HR. Muslim)
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ra., dia berkata: Saya pernah mendengar RasuluLlah saw. bersabda:
”’Utsman datang kepadaku, dan saat itu ada seorang malaikat bersamaku, dia berkata, ’Dia akan mati syahid dan akan dibunuh oleh kaumnya. Sesungguhnya kami sangat malu kepadanya’.”
Al-Bukhari meriwayatkan melalui jalur Anas bin Malik ra. yang mengatakan: RasuluLlah saw. naik ke Bukit Uhud bersama Abu Bakar, ’Umar dan ’Utsman, maka bukit itu pun bergetar. Lalu RasuluLlah saw. bersabda:
”Tenanglah wahai Uhud (tampaknya beliau saw. menghentakkan kaki), maka tidaklah di atasmu (sekarang) melainkan seorang nabi, seorang shiddiq dan dua orang syahid.”
RasuluLlah saw. juga pernah mengangkat ’Utsman ra. sebagai pengganti beliau saw., saat RasuluLlah saw. pergi ke
KEDERMAWANAN ‘UTSMAN RA.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, juga al-Hakim –dia menyatakan keshahihan riwayat ini– dari ’AbdurRahman Samurah dia berkata: ’Utsman datang menemui RasuluLlah saw. dengan membawa seribu dinar tatkala dia sedang mempersiapkan Jaysy al-’Usrah (Tentara yang berada dalam kesulitan). Kemudian RasuluLlah saw. menyimpannya di kamarnya dan membalik-balikkan uang tersebut seraya berkata: ”Setelah ini tidak ada pekerjaan ’Utsman yang membahayakan dirinya”. Beliau mengatakan itu sebanyak dua kali. Juga diriwayatkan dari Ibn Syihab Az-Zuhri, bahwa pada Perang Tabuk, ’Utsman ra. membawa lebih dari 940 unta, kemudian membawa 60 kuda untuk menggenapinya menjadi 1000.
Al-Baghawi menceritakan bahwa Kaum Muhajirim ketika memasuki Madinah mencari air. Air itu adalah milik seorang dari Bani Ghaffar, berupa mata air dinamai Raumah. Satu timba air dijualnya dengan harga 1 mudd (gandum). Nabi saw. berkata kepada orang itu: ”Apakah kau mau menjual sumurmu itu dengan (imbalan) mata air di surga?” Orang itu menjawab: ”Wahai RasuluLlah, aku dan keluargaku tidak memiliki apa-apa selain sumur ini”. Lalu ’Utsman ra. mendengar hal itu, maka ia membelinya dengan 35.000 dirham. Lalu ia mendatangi Nabi saw. dan berkata kepada beliau saw.: ”Apakah engkau berikan untukku seperti yang kau janjikan baginya tadi?” Nabi saw. menjawab: ”Ya”. ’Utsman berkata: ”Aku telah membelinya dan aku peruntukkan bagi kaum Muslimin.”
(Ma’nawi) ’Utsman ra. juga pernah memberikan seluruh kafilah dagangnya yang baru datang dari Syam untuk fakir dan miskin dari Kaum Muslimin, padahal begitu banyak pedagang yang menawar barang2 tsb dengan bayaran
KEKHILAFAHAN ‘UTSMAN RA.
Sebelum wafatnya, ’Umar menunjuk Ahli Syura berjumlah 6 orang untuk memusyawarahkan siapa khalifah selanjutnya. Dari 6 orang mengkerucut menjadi 3, karena 3 orang menyerahkan maslah khilafah pada 3 orang lainnya, yaitu Zubair ra. menyerahkan kepada ’Ali ra., Sa’ad ra. kepada ’AbdurRahman bin ’Auf ra., dan Thalhah ra. kepada ’Utsman ra. Kemudian ’AbdurRahman ra. melepaskan haknya, dan berbicara dengan ’Utsman ra. dan ’Ali ra., kemudian meminta pendapat khalayak ramai. Mayoritas menghendaki ’Utsman ra., dan dalam salah satu riwayat mengatakan bahwa ’Ali ra. adalah orang yang pertama kali membai’at ’Utsman ra. ’Utsman memerintah, sesuai dengan pidato kenegaraannya, dengan kelembutan dan kebijaksanaan kecuali terhadap apa yang mengharuskannya menegakkan hukum (hudud).
Melalui tangan ’Utsman ra., Allah Swt. berkehendak untuk meluaskan wilayah Islam hingga berkembang jauh ke wilayah Timur dan Barat, terbentang dari Sind di sebelah timur, Kaukasus di sebelah utara, Afrika dan pulau-pulau Mediteranian di sebelah barat, dan Habasyah (Ethiopia) di sebelah timur.
(Ma’nawi) ’Utsman ra. juga adalah orang pertama yang memperluas Masjid Nabawi ketika dirasakan masjid itu tidak sanggup menampung jama’ah. Beliau mengeluarkan uang 20.000 dirham untuk keperluan tsb., sebagai jawaban dari keinginan Nabi saw., sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Ibn Asakir.
PENGUMPULAN AL-QURAN DI ZAMAN ’UTSMAN RA.
Hudzaifah bin al-Yaman sepulang dari Perang di Armenia pergi menemui ’Utsman ra. setelah melihat perbedaan di kalangan umat Islam di beberapa wilayah dalam membaca Al-Quran. Perbedaan yang dapat mengancam lahimya perpecahan. Beliau ra. berkata kepada ’Utsman: ”Aku menjumpai orang-orang, wahai Amirul Mukminin, di mana mereka berselisih di dalam membaca Al-Quran.” Hudzaifah ra. juga berkata: ”Ambillah tindakan untuk umat ini sebelum berselisih tentang kitab mereka seperti orang Kristen dan Yahudi.”
Kemudian ’Utsman ra. mengeluarkan kebijakan beliau ra. guna menertibkan hal itu dan sejumlah besar sahabat ra. sependapat dengan terobosan terpuji tsb. Berkata Ibnut Tin: ”...Sedang pengumpulan ’Utsman sebabnya banyaknya perbedaan dalam hal qiraat, sehingga mereka membacanya menurut logat mereka masing-masing dengan bebas dan ini menyebabkan timbulnya sikap saling menyalahkan, karena kawatir akan timbul bencana , ’Utsman segera memerintahkan menyalin lembaran-lembaran itu dalam satu mushaf dengan menertibkan surah-surahnya dan membatasinya hanya pada bahasa Quraisy saja dengan alasan bahwa Al-Quran diturunkan dengan bahasa mereka (Quraisy). Sekalipun pada mulanya memang diizinkan membacanya dengan bahasa selain Quraisy guna menghindari kesulitan. Dan menurutnya keperluan demikian ini sudah berakhir, karena itulah ia membatasinya hanya pada satu logat saja.” (Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat beberapa rujukan semisal: ”Ulumul Quran” karya Manna Khalil Al-Qattan, ”History of Quranic Text” karya Al-A’zami, dll.)
MASA FITNAH DAN BANTAHAN FITNAH TERHADAP ’UTSMAN RA.
Seorang tokoh yahudi yang mendengki terhadap Islam dan berpura-pura masuk Islam bernama AbduLlah bin
Berikut beberapa tuduhan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab kepada ’Utsman ra. berikut bantahannya:
1. Nepotisme; bahwa ’Utsman ra. dituduh mengganti tokoh-tokoh sahabat ra. dengan keluarganya yang derajatnya lebih rendah. Bantahan: RasuluLlah saw. juga pernah mengangkat Usamah bin Zaid ra. padahal saat itu terdapat sahabat senior ra. seperti Abu Bakar dan ’Umar ra. Begitu pula ’Ali ra. pun pernah mengangkat ’Abbas ra. dan puteranya sebagai gubernur di beberapa tempat. Berkata Ibnu Taimiyah, bahwa RasuluLlah saw. sejak dahulu mengangkat Bani Umayyah sebagai pejabat-pejabat penting dalam pemerintahan. Dan berkata ’Utsman ra.: ”Aku tidak mengangkat seorang pun kecuali RasuluLlah saw. telah pernah mengangkatnya terlebih dahulu.”
2. Tuduhan bahwa beliau ra. banyak memberi kepada kerabatnya. Bantahan: Justru ’Utsman ra. sedang melaksanakan perintah Allah Swt: ”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan...” (Q. S. Al-Isra : 26). Berkata ’Utsman ra.: “Aku akan mengabarkan pada kalian semua tentang kekhalifahanku. Sesungguhnya kedua pendahuluku bersikap keras pada dirinya dan kerabatnya sendiri, walaupun ikhlas dan mencari ridha Allah Swt., padahal RasuluLlah saw. sendiri pun selalu memberikan shadaqah yg banyak pd kerabat2nya. Adapun aku berada ditengah keluarga yg sangat kekurangan maka aku hamparkan tanganku untuk meringankan beban mereka, karena mereka adalah tanggungjawabku dan jika kalian berpendapat ini salah maka tolaklah.” Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: “Kabilah Utsman ra. adalah kabilah yg amat besar, tidak seperti halnya kabilah Abu Bakar ra. dan ’Umar ra., oleh karenanya kaum kerabatnya membutuhkan lebih banyak bantuan daripada keluarga kedua pendahulunya.” Juga terdapat tuduhan dari sisi banyaknya pemberian yang mana hal tsb adalah dusta.
3. Tuduhan bahwa beliau ra. mengusir Abu Dzar ra. Bantahan: Imam Ibnu Hajar dlm Fathul Bari menerangkan: “Sesungguhnya Zaid bertanya pd Abu Dzarr ttg hal tsb karena banyaknya isu dan penentang ’Utsman yg mengecam ’Utsman dan menuduhnya telah membuang Abu Dzarr, lalu Abu Dzarr menerangkan bahwa ia memilih tempat tsb karena keinginannya sendiri.”
Diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dari ’Aisyah ra. yang mengatakan bahwa RasuluLlah saw. pernah bersabda kepada ’Utsman ra.:
”Sesungguhnya Allah akan memakaikan kepadamu baju kebesaran (kekuasaan), di mana apabila orang-orang munafik menginginkan agar engkau menanggalkannya, maka janganlah engkau tanggalkan.”
SYAHIDNYA ’UTSMAN RA.
Musuh-musuh Allah Swt. yang melakukan konspirasi, membunuh ’Utsman ra. dg mengambil kesempatan saat sepinya Madinah karena musim haji. Di sisi lain tidak seorang pun dari sahabat ra. yang menyangka bahwa khawarij dalam hasutan Ibnu Saba’ berani membunuh ’Utsman ra. Beberapa sahabat ra. juga telah berusaha melindungi ’Utsman ra., begitu pula dengan anak-anak mereka ra. Namun saat situasi genting, ’Utsman ra. justru keluar menuju mereka ra. agar tidak turut campur guna mencegah tertumpahnya darah kaum muslimin. Selain itu, beliau ra. pun telah mengetahui bahwa beliau ra. akan menemui syahidnya dalam keadaan aniaya sebagaimana dikabarkan RasuluLlah saw.
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari ’AbduLlah bin Zubair berkata: Aku berkata kepada ’Utsman pada hari peristiwa itu, ”Keluarlah dan perangilah mereka, sesungguhnya engkau bersama orang-orang yang dimenangkan Allah walaupun jumlahnya sedikit, dan demi Allah, memerangi mereka itu adalah halal” Ia (ra.) menjawab: ”Jangan.” Sedang, saat menjawab Mughirah bin Syu’bah ra., ’Utsman berkata: ”Jika aku keluar untuk memerangi mereka, sekali-sekali tidak akan kulakukan, karena aku tidak mau menjadi orang pertama pengganti RasuluLlah saw. menumpahkan darah Umat Islam...”
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Jabir bin ’AbduLlah ra. bahwa ’Ali ra. menyampaikan kepada ’Utsman: ”Bersamaku ada 500 pasukan bersenjata, izinkanlah aku untuk menghalau mereka agar engkau tidak terbunuh.” Tetapi ’Utsman menjawab: ”Allah Swt. membalas kebaikanmu. Saya tidak menginginkan darah tertumpah karena aku.”
Dari Abu Hurairah ra., dia berkata: “’Utsman bin Affan pernah mengurung diri di dalam rumahnya selama empat puluh malam. Lalu dia berkata padaku: ‘Bangunkan aku malam ini pada waktu sahur’. Maka aku datang ke rumahnya pada waktu sahur, lalu kukatakan: ‘Sahur wahai Amirul Mukminin, semoga Allah merahmatimu’. Maka ‘Utsman bangun sambil mengusap keningnya dan berkata, ‘SubhanaLlah wahai Abu Hurairah, rupanya engkau telah memotong mimpiku. Dalam mimpiku tadi aku bertemu Nabi saw. yang berkata kepadaku: ‘Besok engkau akan makan bersama kami’. Pada hari itu pula ‘Utsman terbunuh.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad pula dengan isnad hasan dari ‘Utsman ra. berkata: Aku bertemu Rasul saw. dalam tidurku semalam dan aku melihat Abu Bakar dan ‘Umar. Mereka berkata kepadaku: “Bersabarlah, karena kamu akan berbuka bersama kami nanti”, kemudian Rasul saw. mengambil mushaf Al-Quran dan membukanya di depan ’Utsman. Lalu ia terbunuh di saat membaca Al-Quran.
BEBERAPA PERKATAAN HIKMAH DAN ZUHUD ’UTSMAN RA.
Dari ’AbduLlah Ar-Rumy, dia berkata: Aku mendengar ’Utsman bin ’Affan (ra.) berkata, ”Sekiranya aku berada di antara surga dan neraka, sementara aku tidak tahu ke mana aku diperintahkan, maka aku suka memilih menjadi debu seelum aku tahu ke arah mana yang aku tuju.”
Dari Sufyan bin Uyainah, bahwa ’Utsman bin ’Affan pernah berkata: ”Tidak ada hari atau malam yang lebih menyenangkan bagiku selain dari melihat Allah.” Yang dimaksudkan adalah membaca Al-Quran. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)
Dari Hani’, budak ’Utsman ra. yang telah dimerdekakan, dia berkata: ”Jika ’Utsman bin ’Affan berdiri dekat kuburan, maka dia menangis hingga jenggotnya basah oleh air mata...” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)
Dari Syarahbil bin Muslim, bahwa ‘Utsman bin ‘Affan ra. biasa memberi makan orang-orang dengan makanan yang biasa dimakan para pejabat. Setelah masuk rumah, dia biasa makan dengan cuka dan minyak. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)
Diriwayatkan dari al-Hassan al-Bashri, katanya: ”Aku melihat ’Utsman bin ’Affan, ketika itu ia sudah menjadi khalifah, tidur siang hari di masjid dan ketika bangun terdapat bekas batu kecil di pipinya, lalu orang berkata: ’Ini Amirul Mukminin, ini Amirul Mukminin’.”
Dikutip, diringkas dan disusun kembali oleh PIP PKS ANZ wil. NSW dari:
Tarikh Khulafa (Imam Suyuthi), Terjemah ’Tahqiq Mawaqif al-Shahabah fil Fitnah’ (Muhammad Amhazun), Zuhud (Imam Ahmad), Sirah Nabawiyah (Al-Buthy), Klarifikasi Tuduhan Terhadap Khalifah ’Utsman ra. (Nabiel Al-Musawa), Ramalan2 RasuluLlah saw. (An-Nadwi), dll.
( YP | PIPPKS-ANZ | www.pks-anz.org )
Senin, 21 Januari 2008
Struktur Bidang Dakwah DKM 2008
Koordinator : Vicky
Staff Ahli : Nurdiyanto
Subbid Pengajian : Nurdiyanto
Subbid Pengembangan SDM : Suparman
Subbid Kesejahteraan Sosial : Dede
Subbid Majelis Taklim Akhwat : Bu Rini
Subbid Mading dan Perpustakaan : Us Us
Struktur Wilayah
PJ Dakwah Blok G : Asran
PJ Dakwah Blok H : Dwi
PJ Dakwah Blok I1/I2 : Nurdiyanto
PJ Dakwah Blok I2/I3 : Vicky
PJ Dakwah Blok I3/H : Nurdin
Selasa, 01 Januari 2008
Daftar Jaringan DKM Al-Furqon
2. Aliyudin, Ketua DKM Al-Jihad, MGT Blok H
3. Badruzzaman, Ketua DKM Al-Falah, MGT Blok F
4. Nugroho Putu Warsito, Sekretaris RW
5. Muhammad Ahyar, Ketua DKM As-Salam Prima Galaxy
6. Heri Koswara, Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi
7. Akhmad Syaikhu, Wakil Walikota Bekasi
Struktur Kepengurusan DKM 2008
Penasehat | Ketua Rt 11/03 Bpk. Gunadi |
| Bpk. Kusdi |
| Bpk. Nanang Supriatna |
| |
Ketua | Dwi Sulistyono |
| |
Sekretaris | Mus. Asran |
| |
Bendahara | Lukmanul Hakim |
| |
Sie Dakwah & Pendidikan | Vicky (koord) |
| Suparman |
| Us Us M. Subhi |
| Nurdiyanto |
| Dede |
| Bu Rini |
| |
Sie Pembangunan & Pengembangan | Agus Widodo (koord) |
| Hendrison |
| Djoko Mulyono |
| Warsito |
| |
Sie Humas | Nurdin (koord) |
| Darno |
| Bayu |
| Asep |
Pedoman Administrasi Surat Bidang Dakwah
[No urut]/[Jenis Surat]/Dakwah/[i/e]/[Sub bid/kepanitiaan]/[Bulan romawi]/Tahun
Keterangan :
[Jenis Surat] :
SK = Surat Keputusan
SP = Surat Permohonan
U = Undangan
[No Urut] : Penomoran urut. Ada dua cara penomoran.
1. Dalam satu tahun, nomor bertambah satu. Ganti tahun, dari satu lagi.
2. Kepanitiaan boleh memulai nomor dari satu, tanpa mengikuti urutan dari keseluruhan bidang dakwah.
[i/e] : i -> internal (undangan ditujukan untuk warga RT 11/03.
e -> eksternal (undangan ditujukan untuk warga diluar RT 11/03.
[Sub bid/kepanitiaan] : Surat yang dikeluarkan sub bidang atau kepanitiaan harus ditulis. Sedangkan surat yang dikeluarkan Bidang Dakwah tidak ditulis tidak apa-apa.
Yang lain cukup jelas.
Contoh
No. : 001/U/Dakwah/i/ISMI/VII/2008
Perihal : Undangan
Ini adalah contoh surat undangan yang dikeluarkan oleh Kepanitiaan Isra Miraj. Undangan ditujukan kepada warga RT 11/03. Surat ini dikeluarkan pada bulan Juli Tahun 2008.